Ahad, Oktober 10, 2010

MEMAHAMI KEJADIAN GEMPA BUMI

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki seismisik yang tinggi, dengan kata lain kawasan yang sangat sering terjadi gempa. Seelalu timbul pertanyaan, mengapa gempa bumi terjadi?, bagaimana gempa dapat terjadi?. Jawaban singkat yang kita baca di akhbar, kita dengar di radio dan kita lihat di televisen selalu menyebutkan hal yang sama. Jawaban yang selalu kita terima adalah “Gempa terjadi kerana terjadinya pertembungan antara dua plat tektonik” baik itu oceanic crust (plat lautan) dengan continet crust (plat benua) maupun antara plat yang sama. Kita bertanya-tanya, pertembungan?, percapahan?, kan waktu itu sudah pernah bergerak?, bila berhenti bergerak?, atau terus bergerak?, terjadi kerana perlanggaran bererti sebelum gempa belum berlanggar ?, dan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.

Untuk dapat memahami mengapa dan bagaimana gempa dapat terjadi kita perlu paling tidak sedikit mengetahui tentang konsep tektonik itu sendiri. Mempelajari konsep tektonik atau istilah yang sering dipakai para geologist “Teori Tektonik Plat” bererti mempelajari mekanisme bumi itu sendiri.

• Teori Tektonik Plat

Bumi itu dinamik, tidak statik, didalam perut bumi teras bumi cair “liquid outer core” yang sangat panas terus berputar mengelilingi teras bumi padat “solid inner core” yang dipercayai merupakan metal. Pengaruhnya terhadap magnet bumi membuat bumi mempunyai 2 kutub magnet bumi.

Lalu Bagaimana pengaruhnya terhadap lapisan litosfera dimana diatasnya terdapat kerak berupa oceanic crust (Plat benua) dan continent crust (Plat benua)???. Ada banyak Plat benua dan plat lautan yang bergerak dengan arah dan kecepatan tertentu. Bagaimana mereka boleh bergerak?

Dibawah litosfera adalah astenosfera dimana terdapat dkawah magma yang sangat panas dan dinamik berputar dengan perolakannya sendiri. Ini mendorong litosfera dimana terdapat plat diatasnya untuk bergerak dan “SELALU BERGERAK”. Gerakan awalnya sendiri (kita anggap awal kerana merupakan sumber tolakan) dari tempat naiknya magma yang mendorong lapisan diatasnya untuk bergerak (magma yang keluar nanti setelah sejuk dan membeku ikut membentuk lapisan itu sendiri).
Kawasan itu disebut Garis percapahan (atau biasa dikenal dengan spreading center) boleh juga disebut kawasan retakan. Kerana plat-plat bergerak, maka ada yang saling berlanggar atau bercapahan yang disebut Convergent Margin. Convergent margin sendiri ada dua jenis, iaitu subduksi (dimana terjadi pennebernaman) dan collision (terjadi pengangkatan seperti Himalaya).

Apa benar ada kawasan spreading center atau Divergen Margin? Bagaimana dengan Convergent Margin, ada dimana saja?. Dibawah ini kita lihat gambaran plat tektonik seluruh dunia dan kawasan-kawasan divergen maupun convergent margin.

Kawasan Divergen biasanya berada di dasar lautan dan membelah dasar lautan kerana memang sumber magmanya sendiri yang mendorong lapisan batuan didasar lautan bergerak berasal dari lapisan astenosfera dibawahnya. Namun ada beberapa tempat keadaan ini mendorong daratan diatasnya untuk saling mberjauhan (seperti di Afrika Timur dan Iceland).

Jadi pada asasnya ada plat saling menjauhi, dan ada plat yang saling menekan, dan “TERUS SALING MENEKAN”. Untuk pembentukan morfologi bumi, volcanic arc, fore-arc, back-arc basin dan semua fenomena geologi diatasnya, tidak akan saya uraikan dulu dalam tulisan ini.

Lalu bagaimana dengan kedudukan tektonik di Indonesia? Kedudukan tektonik di asia tenggara sangat-sangat komplek, dan saya tidak akan menguraikannya pada tulisan ini. Untuk Indonesia sendiri, secara umum, dasar lautan pada bahagian luar dari pantai terluar di Indonesia merupakan kawasan convergen dimana merupakan tempat perlangganran antara dua plat (atau lebih untuk kawasan Indonesia Timur), disebut juga subduction zone. Dan di sepanjang jalur subduction zone tersebut itulah jalur gempa terjadi (Kecuali untuk gempa-gempa di darat).

Lalu bagaimana gempa itu terjadi dan mengapa harus di jalur subduction zone?

MEKANISME GEMPA

Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena “patah”, atau karena adanya patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga “sesar” oleh para geologist). Apa yang patah?, yang patah adalah batuan, batuan yang berlapis-lapis yang menyusun permukaan bumi. Batuan bisa patah?, batuan berlapis?, mungkin terdengar aneh untuk sebagian besar orang, tapi jawabanya “iya”, batuan memang bisa berlapis dan bisa patah, bahkan sebelum patah dia terbengkokkan (folding) dulu. Dibawah ini saya coba memperlihatkan beberapa gambar yang menunjukkan hal tersebut ternyata ada disekitar kita walau kita jarang memperhatikannya


Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut mekanismenya, sesar naik (thrust fault atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser (strike slip), dan sesar normal (normal fault).

Jadi “iya” secara umum bisa dikatakan gempa terjadi ketika batuan patah, baik itu patah dan naik, patah dan bergeser, maupun patah dan turun.

Kenapa boleh patah?, patahan terjadi dikarenakan batuan mengalami tekanan ataupun tarikan secara terus menerus. Apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Disaat menerima tekanan batuan akan terbengkokkan, dan setelah melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuknya semula, ini dikenal dengan “Elastic Rebound Theory”.

Dengan demikian semakin menjelaskan kenapa pada jalur subduction zone merupakan jalur gempa, atau merupakan tempat dimana pusat gempa terjadi. Subduction zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka disitulah tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun yang lalu sampai sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas batuannya sudah jenuh maka dia akan patah untuk melepaskan energi tekanan tersebut.

Jadi gempa terjadi “BUKAN” karena perlangaran dua plat seperti 2 mobil yang saling berlanggar yang asalnya saling jauh kemudian secara tiba-tiba saling berdekatan sehingga terjadi lagaan, memang untuk subduction zone gempa terjadi karena interaksi antara dua plat yang saling menekan sehingga terhasilnya tenaga yang cukup besar, gempanya sendiri terjadi karena kondisi batuan pada plat (crust) maupun/ataupun pada litosfera patah untuk melepaskan tenaga tekanan yang sudah tertumpu disana selama kurun waktu tertentu. Mekanisme pelepasan tenaga gempa pun bermacam-macam dan masih menjadi penelitian yang menarik bagi para peneliti di bidang geosience dan kegempaan.

Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan gempa dangkal (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep earthquake). Saya tidak akan membahas mengenai hal ini dalam uraian ini karena mekanisme ketiga jenis gempa tersebut berbeda dan membutuhkan uraian tersendiri untuk pembahasannya

Bagaimana untuk gempa yang di darat?. Konsep dasarnya sama, itu terjadi karena adanya tekanan atau tarikan dari kondisi tektonik bumi, kondisi geologi maupun kondisi morfologi. Maka di darat pun dapat muncul sesar-sesar baru yang terjadi akibat gempa tektonik maupun akibat proses geologi yang mengakibatkan sesar-sesar baru (sesar kuarter) apakah itu karena longsor (landslide) maupun karena gempa vulkanik yang besar, atau proses geologi lainnya.

Bagaimana untuk sesar-sesar yang sudah ada di daratan, seperti sesar sumatera yang panjang membentang dan terbagi beberapa segmen?, Untuk sesar-sesar yang sudah ada di darat, itu akan menjadi zona lemah. Maksudnya adalah kawasan tersebut menjadi kawasan rawan gempa dikeranakan batuannya sudah patah, sehingga boleh bergeser kembali apabila mendapat tekanan maupun tarikan. Ditambah lagi gempa di kawasan sesar boleh dipicu oleh gempa lain yang memberikan cukup tekanan pada kawasan patahan
.
Aktivit gempa di Indonesia salah satu yang paling tingi di dunia, kalau dari pembaca sekalian ada yang menyempatkan diri berkunjung ke Pusat Gempa Nasional gedung operasional BMG lantai 3 disana dapat dilihat Peta Seismotektonik Indonesia, dimana menunjukan aktivita seismik (kegempaan) di wilayah Indonesia. Dapat dilihat disana bahwa Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi terhadap gempa. Lalu kita harus bagaimana?

Sangat bijaksana untuk mengetahui kondisi kawasan Indonesia, khususnya kawasan kita sendiri dimana kita tinggal. Cari tahu dan pahami kondisi sekitar kita. Apakah kawasan kita merupakan kawasan rawan gempa?, atau merupakan kawasan sesar?, daerah patahan aktif?. Dimanapun kita berada usahakan mengenal kawasan kita dengan baik, sehingga kita tahu kemana arah pembangunan kawasan kita, apa yang diperlukan kawasan tempat tinggal kita, dapat menyesuaikan pembangunan kawasan dengan kondisi alam di kawasan kita, bahkan kita dituntut siap akan segala kemungkinan apabila terjadi bencana harus berada dimana dan harus berbuat apa.

RAMALAN GEO U2 2023 SIRI 4