Ahad, Oktober 10, 2010

MEMAHAMI KEJADIAN GEMPA BUMI

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki seismisik yang tinggi, dengan kata lain kawasan yang sangat sering terjadi gempa. Seelalu timbul pertanyaan, mengapa gempa bumi terjadi?, bagaimana gempa dapat terjadi?. Jawaban singkat yang kita baca di akhbar, kita dengar di radio dan kita lihat di televisen selalu menyebutkan hal yang sama. Jawaban yang selalu kita terima adalah “Gempa terjadi kerana terjadinya pertembungan antara dua plat tektonik” baik itu oceanic crust (plat lautan) dengan continet crust (plat benua) maupun antara plat yang sama. Kita bertanya-tanya, pertembungan?, percapahan?, kan waktu itu sudah pernah bergerak?, bila berhenti bergerak?, atau terus bergerak?, terjadi kerana perlanggaran bererti sebelum gempa belum berlanggar ?, dan pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.

Untuk dapat memahami mengapa dan bagaimana gempa dapat terjadi kita perlu paling tidak sedikit mengetahui tentang konsep tektonik itu sendiri. Mempelajari konsep tektonik atau istilah yang sering dipakai para geologist “Teori Tektonik Plat” bererti mempelajari mekanisme bumi itu sendiri.

• Teori Tektonik Plat

Bumi itu dinamik, tidak statik, didalam perut bumi teras bumi cair “liquid outer core” yang sangat panas terus berputar mengelilingi teras bumi padat “solid inner core” yang dipercayai merupakan metal. Pengaruhnya terhadap magnet bumi membuat bumi mempunyai 2 kutub magnet bumi.

Lalu Bagaimana pengaruhnya terhadap lapisan litosfera dimana diatasnya terdapat kerak berupa oceanic crust (Plat benua) dan continent crust (Plat benua)???. Ada banyak Plat benua dan plat lautan yang bergerak dengan arah dan kecepatan tertentu. Bagaimana mereka boleh bergerak?

Dibawah litosfera adalah astenosfera dimana terdapat dkawah magma yang sangat panas dan dinamik berputar dengan perolakannya sendiri. Ini mendorong litosfera dimana terdapat plat diatasnya untuk bergerak dan “SELALU BERGERAK”. Gerakan awalnya sendiri (kita anggap awal kerana merupakan sumber tolakan) dari tempat naiknya magma yang mendorong lapisan diatasnya untuk bergerak (magma yang keluar nanti setelah sejuk dan membeku ikut membentuk lapisan itu sendiri).
Kawasan itu disebut Garis percapahan (atau biasa dikenal dengan spreading center) boleh juga disebut kawasan retakan. Kerana plat-plat bergerak, maka ada yang saling berlanggar atau bercapahan yang disebut Convergent Margin. Convergent margin sendiri ada dua jenis, iaitu subduksi (dimana terjadi pennebernaman) dan collision (terjadi pengangkatan seperti Himalaya).

Apa benar ada kawasan spreading center atau Divergen Margin? Bagaimana dengan Convergent Margin, ada dimana saja?. Dibawah ini kita lihat gambaran plat tektonik seluruh dunia dan kawasan-kawasan divergen maupun convergent margin.

Kawasan Divergen biasanya berada di dasar lautan dan membelah dasar lautan kerana memang sumber magmanya sendiri yang mendorong lapisan batuan didasar lautan bergerak berasal dari lapisan astenosfera dibawahnya. Namun ada beberapa tempat keadaan ini mendorong daratan diatasnya untuk saling mberjauhan (seperti di Afrika Timur dan Iceland).

Jadi pada asasnya ada plat saling menjauhi, dan ada plat yang saling menekan, dan “TERUS SALING MENEKAN”. Untuk pembentukan morfologi bumi, volcanic arc, fore-arc, back-arc basin dan semua fenomena geologi diatasnya, tidak akan saya uraikan dulu dalam tulisan ini.

Lalu bagaimana dengan kedudukan tektonik di Indonesia? Kedudukan tektonik di asia tenggara sangat-sangat komplek, dan saya tidak akan menguraikannya pada tulisan ini. Untuk Indonesia sendiri, secara umum, dasar lautan pada bahagian luar dari pantai terluar di Indonesia merupakan kawasan convergen dimana merupakan tempat perlangganran antara dua plat (atau lebih untuk kawasan Indonesia Timur), disebut juga subduction zone. Dan di sepanjang jalur subduction zone tersebut itulah jalur gempa terjadi (Kecuali untuk gempa-gempa di darat).

Lalu bagaimana gempa itu terjadi dan mengapa harus di jalur subduction zone?

MEKANISME GEMPA

Secara sederhana terjadinya gempa dapat dijelaskan karena “patah”, atau karena adanya patahan (disebut juga fault atau biasa disebut juga “sesar” oleh para geologist). Apa yang patah?, yang patah adalah batuan, batuan yang berlapis-lapis yang menyusun permukaan bumi. Batuan bisa patah?, batuan berlapis?, mungkin terdengar aneh untuk sebagian besar orang, tapi jawabanya “iya”, batuan memang bisa berlapis dan bisa patah, bahkan sebelum patah dia terbengkokkan (folding) dulu. Dibawah ini saya coba memperlihatkan beberapa gambar yang menunjukkan hal tersebut ternyata ada disekitar kita walau kita jarang memperhatikannya


Secara umum ada tiga jenis patahan atau sesar, menurut mekanismenya, sesar naik (thrust fault atau reverse fault), sesar mendatar atau sesar geser (strike slip), dan sesar normal (normal fault).

Jadi “iya” secara umum bisa dikatakan gempa terjadi ketika batuan patah, baik itu patah dan naik, patah dan bergeser, maupun patah dan turun.

Kenapa boleh patah?, patahan terjadi dikarenakan batuan mengalami tekanan ataupun tarikan secara terus menerus. Apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Disaat menerima tekanan batuan akan terbengkokkan, dan setelah melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuknya semula, ini dikenal dengan “Elastic Rebound Theory”.

Dengan demikian semakin menjelaskan kenapa pada jalur subduction zone merupakan jalur gempa, atau merupakan tempat dimana pusat gempa terjadi. Subduction zone merupakan zona dimana bertemunya dua lempeng, maka disitulah tempat yang mengalami tekanan secara terus menerus selama jutaan tahun yang lalu sampai sekarang. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas batuannya sudah jenuh maka dia akan patah untuk melepaskan energi tekanan tersebut.

Jadi gempa terjadi “BUKAN” karena perlangaran dua plat seperti 2 mobil yang saling berlanggar yang asalnya saling jauh kemudian secara tiba-tiba saling berdekatan sehingga terjadi lagaan, memang untuk subduction zone gempa terjadi karena interaksi antara dua plat yang saling menekan sehingga terhasilnya tenaga yang cukup besar, gempanya sendiri terjadi karena kondisi batuan pada plat (crust) maupun/ataupun pada litosfera patah untuk melepaskan tenaga tekanan yang sudah tertumpu disana selama kurun waktu tertentu. Mekanisme pelepasan tenaga gempa pun bermacam-macam dan masih menjadi penelitian yang menarik bagi para peneliti di bidang geosience dan kegempaan.

Gempa yang terjadi di subduction zone di Indonesia bisa merupakan gempa dangkal (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep earthquake). Saya tidak akan membahas mengenai hal ini dalam uraian ini karena mekanisme ketiga jenis gempa tersebut berbeda dan membutuhkan uraian tersendiri untuk pembahasannya

Bagaimana untuk gempa yang di darat?. Konsep dasarnya sama, itu terjadi karena adanya tekanan atau tarikan dari kondisi tektonik bumi, kondisi geologi maupun kondisi morfologi. Maka di darat pun dapat muncul sesar-sesar baru yang terjadi akibat gempa tektonik maupun akibat proses geologi yang mengakibatkan sesar-sesar baru (sesar kuarter) apakah itu karena longsor (landslide) maupun karena gempa vulkanik yang besar, atau proses geologi lainnya.

Bagaimana untuk sesar-sesar yang sudah ada di daratan, seperti sesar sumatera yang panjang membentang dan terbagi beberapa segmen?, Untuk sesar-sesar yang sudah ada di darat, itu akan menjadi zona lemah. Maksudnya adalah kawasan tersebut menjadi kawasan rawan gempa dikeranakan batuannya sudah patah, sehingga boleh bergeser kembali apabila mendapat tekanan maupun tarikan. Ditambah lagi gempa di kawasan sesar boleh dipicu oleh gempa lain yang memberikan cukup tekanan pada kawasan patahan
.
Aktivit gempa di Indonesia salah satu yang paling tingi di dunia, kalau dari pembaca sekalian ada yang menyempatkan diri berkunjung ke Pusat Gempa Nasional gedung operasional BMG lantai 3 disana dapat dilihat Peta Seismotektonik Indonesia, dimana menunjukan aktivita seismik (kegempaan) di wilayah Indonesia. Dapat dilihat disana bahwa Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi terhadap gempa. Lalu kita harus bagaimana?

Sangat bijaksana untuk mengetahui kondisi kawasan Indonesia, khususnya kawasan kita sendiri dimana kita tinggal. Cari tahu dan pahami kondisi sekitar kita. Apakah kawasan kita merupakan kawasan rawan gempa?, atau merupakan kawasan sesar?, daerah patahan aktif?. Dimanapun kita berada usahakan mengenal kawasan kita dengan baik, sehingga kita tahu kemana arah pembangunan kawasan kita, apa yang diperlukan kawasan tempat tinggal kita, dapat menyesuaikan pembangunan kawasan dengan kondisi alam di kawasan kita, bahkan kita dituntut siap akan segala kemungkinan apabila terjadi bencana harus berada dimana dan harus berbuat apa.

MEMAHAMI TSUNAMI

Istilah �tsunami' menerangkan satu siri ombak lautan yang panjang yang terbentuk selepas sejumlah isipadu air dipindahkan secara tiba-tiba. �Tsunami� adalah daripada perkataan Jepun, dan apabila disalinkan ke Inggeris, ia bermaksud �Harbor (�tsu�) wave (�nami�). Istilah ini pada mulanya digunakan oleh nelayan Jepun untuk menerangkan kemusnahkan yang dilakukan ombak besar yang mana boleh menghapuskan seluruh kawasan pengkalan kapal. Yang anehnya mereka tidak mengalami sedikit pun kesan tsunami pada bot-bot mereka di laut.

Tsunami-tsunami adalah ombak-ombak mempunyai cirri-ciri pergerakan yang pantas, kadang-kadang mempunyai ketinggian ombak yang tinggi, dan jarak ombak panjang oleh itu tsunami-tsunami adalah seharusnya ombak-ombak raksasa.

Dalam lautan dalam, tsunami-tsunami jarang dirasakan kerana mereka ditutupi oleh kebesaran / keluasan lautan yang lainnya. Walau bagaimanapun, tsunami-tsunami memang boleh menghancurkan apabila jarak jauh di bawah lautan semakin kurang apabila menuju ke darat. Kelajuan pergerakan tsunami juga merupakan suatu ciri yang hebat. Tsunami boleh bergerak disepanjang lautan dengan sangat pantas, biasanya dari 500 ke 1000 kilometer sejam, dengan tenaganya yang agak konsisten dan agak sukar kelihatan dilaut. Ini adalah sebabnya, mengapa tsunami dihasilkan dari satu kawasan dan boleh memberi kesan ke kawasan-kawasan yang beribu-ribu kilometer jauhnya.

Dengan kejadian tsunami yang terbaru di Selatan Asia, pusat permulaan tsunami hanya terdapat dipantai Indinesia, dan tetapi tsunami yang menuju ke Timur Afrika mempunyai kekuatan yang sama - iaitu selepas 14 jam Asia Tenggara dilanda. Jarak ombak (jarak diantara puak ombak) tsunami boleh mencapi lebih 100 kilometer dan lebih. Ini bermaksud apabila tsunami yang awal memukul pantai, ombak yang kedua mungkin tidak berlaku sehingga ke sejam kemudiannya. Inilah satu bahagian kewujudan bahaya-bahaya tsunami.

Dengan kejadian terbaru tsunami di Selatan Asia, ramai individu-individu terbunuh dengan ombak yang awal. Walaubagaimanapun, lebih ramai kematian telah berlaku apabila ombak tsunami kedua melanda tempat yang sama dimana ramai orang, kira-kira sejam selepas ombak pertama, berkejar balik ke pantai untuk menolong mereka yang masih hidup.

Apabila tsunami melepasi lautan dalam dan bergerak menuju ke tempat kawasan air cetek dipantai, berlaku seperti ombak biasa, hanya ia bergerak dengan kepantasan yang nyata dan bertenaga dengan jarak panjang ombaknya. Tsunami bergerak perlahan disebabkan oleh kawasan air yang cetek, tetapi itu juga membuat air �bertimbun� untuk menambahkan ketinggian tsunami. Pada masa ia sampai di darat, ketinggian tsunami boleh menjadi kelihatan mengerikan (ada yang boleh mencapai setinggi 30 meter) dan kesan mereka boleh hampir sama dahsyat pukulan pantai dengan jumlah tenaga yang begitu kuat.

Tsunami boleh menghakis pasir dari pantai-pantai, menghapuskan pokok-pokok, dan bahkan memusnahkan sama sekali seluruh pekan-pekan seperti yang terjadi pada bencana tsunami di Selatan Asia. Satu istilah yang biasa digunakan untuk menerangkan tsunami-tsunami ialah �tidal wave� Ini telah digunakan kerena kekencangan tsunami-tsunami yang boleh dilihat hampir sama dengan ombak yang cepat.

Menurut �Oceanographers� istilah penggunaan �tidal wave� adalah tidak tepat kerana tsunami-tsunami tidak ada kaitan dengan air pasang atau surut dalam apapun. Turun dan naik keadaan air laut disebabkan oleh tarikan graviti matahari dan bulan, di mana kemasukan dan keluar boleh diramal secara tepat. Tsunami merupakan satu phenomena yang jarang, yang disebabkan oleh peralihan jumlah isipadu air dan menyatakan dengan sendirinya dalam bentuk siri ombak-ombak raksasa.

Tsunami (bahasa Jepun ombak besar di pelabuhan, Kunrei-shiki: Tunami), sering kali disalah takrifkan sebagai gelombang pasang surut (tidal wave), merupakan satu siri ombak yang berlaku selepas gempa bumi (dalam laut), tanah runtuh, aktiviti gunung berapi, letupan, atau hentaman meteor dalam atau berhampiran laut. Tenaga setiap tsunami adalah tetap, fungsi ketinggiannya dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak disedari apabila melintasi air dalam, tetapi meningkat kepada ketinggian 30 meter atau lebih.

Tsunami boleh menyebabkan kerosakan teruk pada kawasan persisiran pantai dan kepulauan. Kebanyakan bandar di sekitar Lautan Pasifik, terutamanya di Jepun tetapi juga di Hawaii, mempunyai sistem amaran dan prosedur pemindahan sekiranya tsunami yang serius berlaku. Tsunami boleh dijangka dengan pelbagai institusi seismologi di sekeliling dunia dan perkembangannya dipantau melalui satelit. Bukti menunjukkan tidak mustahil berlakunya megatsunami, yang disebabkan oleh sebahagian besar pulau mendak ke dalam laut. Kini, lebih ramai orang dibunuh oleh tsunami daripada gempa bumi.

Apa Penyebab Tsunami?

Tsunami-tsunami adalah siri ombak-ombak yang terlalu panjang yang mana terbentuk selepas sejumlah besar isipadu air dialihkan. Tetapi apa itu isipadu besar? Dan bagaimana ia dipindahkan? Walaupun tidak ada pengiraan isipadu air yang menjadi kuantiti standard yang akan menghasilkan tsunami, jumlah yang dipindahkan mesti cukup penting untuk menghasilkan ombak-ombak di bawah lautan luas.

Ombak-ombak terbentuk apabila pindahan jumlah air yang besar bergerak dibawah pengaruh graviti untuk mendapat kembali equilibrium dan menyemarak sepanjang lautan seperti pergerakan pada permukaan air yang dipuput angin atas kolam. Lebih besar isipadu perpindahan, lebih besarlah ombak yang akan dihasilkan. Sacara amnya, tsunami boleh dihasilkan dengan empat cara seperti berikut:-

1. Gempa Bumi di Dasar Laut

2. Tanah Runtuh

3. Gunung Berapi

4. Extraterrestrial Collision

Sejarah Kejadian Tsunami

Fenomena yang dikenali sebagai tsunami ini merupakan sekumpulan ombak besar dan biasanya disebabkan oleh ketidakstabilan aktiviti di dalam laut. Apabila berlaku perubahan air laut yang secara tiba-tiba atau berlakunya pergerakan plat lautan yang turun naik disebabkan oleh gempa bumi maka terbentuklah tsunami yang terjadi akibat daripada desakan graviti. Ombak yang bergerak ini amat merbahaya dan boleh mengakibatkan kerosakan yang tidak terhingga apabila menghempas ke pantai. Perkataan tsunami berasal dari perkataan Jepun yang bermaksud ombak pelabuhan. Pembentukan tsunami tidak berkaitan langsung dengan bidang astronomi- yang mana boleh dikaitkan dengan pergerakan planet, bulan dan matahari. Selain dari gempa bumi, tsunami juga disebabkan oleh letupan gunung berapi, tanah runtuh di bawah laut dan beberapa kejadian yang lain.

Bagaimana gempa bumi menghasilkan Tsunami

Setakat ini, tsunami dihasilkan oleh gempa bumi yang berlaku di dasar lautan. Ia selalunya muncul di sempadan bumi yang terdiri daripada plat-plat tektonik. Apabila plat-plat ini bertembung di antara satu sama lain, ia akan menyebabkan gempa bumi berlaku yang mana akan berlaku perubahan pada permukaan laut dari hanya beberapa kilometer kepada lebih 1,000 kilometer. Kejadian ini menyebabkan gangguan terhadap permukaan lautan, dan menghasilkan ombak tsunami yang besar.

Dimana dan bagaimana tsunami terhasil

Tsunami boleh dihasilkan dimana-mana sahaja didunia ini samada di lautan, laut pedalaman dan lain-lain lagi. Setiap benua di dunia ini mempunyai kadar frekuensi dan bentuknya yang tersendiri dalam menghasilkan tsunami samada kecil atau besar. Kebanyakan tsunami terjadi di Lautan Pasifik yang meliputi satu pertiga daripada permukaan bumi dan dikelilingi oleh banjaran-banjaran bersambungan, lembangan lautan dalam dan lengkungan pulau yang dikenali sebagai lingkaran berapi dimana kebanyakan gempa bumi berlaku di situ.

2004 Asia Selatan dan Afrika Timur

1998 Papua New Guinea

1976 Filippina

1964 Pantai Barat Amerika Utara

1960 Chile dan Negara-Negara di Pacifik

1896 Jepun

1883 Indonesia

1755 Portugal dan Europah

Tsunami di Asia : Mengapa tiada amaran?

Dengan jumlah kematian yang menggerunkan dan kemusnahan terus-menerus menggunung di selatan Asia, semakin ketara kepada kita bahawa nyawa mungkin berupaya diselamatkan jika telah ada satu sistem amaran tsunami sejak dulu. Dengan hanya pemberitahuan seawal 15 ke 30 minit, dan arahan jelas untuk bergegas, ramai orang yang tidak mengerti apa yang berlaku, atau bagaimana hendak bereaksi, mungkin dapat lari menyelamatkan diri.

Tsunami dan gempabumi yang memulakannya merupakan fenomena semulajadi. Walaupun gempabumi tidak dapat diramalkan, ia boleh dikesan dengan cepat. Tambahan pula, jika peralatan saintifik yang sesuai dimiliki, pembentukan tsunami juga boleh dikesan dan laluannya yang mungkin dapat diramal malah ditandakan.

Satu sistem amaran tsunami telah wujud di Lautan Pasifik sejak akhir 1940an. Ia kemudiannya dinaiktarafkan selepas satu ombak besar, yang dijana oleh satu gempabumi yang amat kuat, membunuh lebih dari 100 orang di Alaska pada 1964.

Sebagai tambahan kepada peralatan seismologi yang mengenalpasti gegaran, satu rangkaian pengukur paras laut dan pengesan laut dalam atau “tsunameter” yang dihubungkan melalui satelit kepada stesen-stesen pengawasan dua puluh empat jam berpengkalan di Hawaii, Alaska dan Jepun.

Tsunami di Asia : Mengapa tiada amaran?

Dengan menggunakan model komputer, para saintis boleh menjangkakan kemungkinan penyebaran tsunami dan kebarangkalian impaknya. Tiada sistem sebegini di Lautan Hindi. Dari 11 negara yang terjejas oleh malapetaka minggu lalu, hanya Thailand dan Indonesia sahaja terletak di dalam sistem amaran tsunami Lautan Pasifik.

Kebanyakan negara-negara ini mempunyai unit-unit seismologi yang mengesan gempabumi. Tanpa adanya perancangan, persediaan dan peralatan tambahan, sukar untuk membuat jangkaan yang tepat. Dan masa adalah intipatinya, memandangkan badai tsunami bergerak pada kelajuan sehingga 800km/j, bergantung kepada kedalaman air.

Gempabumi pada 26 Disember tercatat sebagai 9 pada skala Richter, menjadikannya yang terbesar sejak gempabumi Alaska dan satu di antara yang terhebat dalam abad kebelakangan ini. Pusat gempa kepada gegaran awal merupakan tidak jauh dari pantai barat laut pulau Sumatra di Indonesia, diikuti dengan beberapa siri kejutan lanjutan yang melarat ke utara melalui pulau Andaman dan Nacobar di Teluk Bengal.

Dua piring benua atau ‘tektonik’ – di Asia dan India – bergerak sepanjang satu garis kesalahan sepanjang 1,000km sebanyak 20 meter, membebaskan tenaga yang setara dengan lebih dari 20,000 bom nuklear sebesar yang dijatuhkan ke atas Hiroshima pada 1945. Gempa terjadi sebelum pukul 8.00 pagi waktu Sumatra [1 pagi GMT].

Lapan minit kemudian, satu loceng amaran tercetus di Pusat Amaran Tsunami Pasifik di Hawaii melalui isyarat seismik yang diuruskan dari stesen-stesen di Australia. Tiga minit selepas itu, satu mesej dihantar kepada satu lagi pemerhati di Pasifik. Pada 8.14 pagi, satu amaran berjaga-jaga memberitahu kesemua negara yang mengambil bahagian di dalam rangkaian itu tentang gempa tersebut, menyatakan ianya tidak mendatangkan sebarang ancaman tsunami kepada rantau Pasifik.

Sejam kemudian, pusat tersebut mengkaji semula anggaran awal saiz gegaran dari 8 ke 8.5 dan mengeluarkan arahan berwaspada kedua, memberi amaran kemungkinan adanya tsunami di Lautan Hindi.

Panggilan telefon kecemasan dibuat untuk memberi amaran. Namun tanpa adanya sebarang prosedur di Lautan Hindi, ianya mengena dan terlepas. “Kami mula memikirkan siapa yang patut dihubungi. Kami bercakap dengan Pusat Operasi Jabatan negara dan kepada pihak tentera. Kami hubungi kedutaan. Kami bercakap dengan tentera laut di Sri Lanka, mana-mana pegawai kerajaan tempatan yang dapat kami capai.” ahli geofizik Barry Hirshorn memberitahu akhbar Honolulu Advertiser.

Di negara-negara dalam laluan tsunami, responsnya tidak teratur dan lesu. Beberapa pihak yang menyedari bahayanya dihalang oleh kekurangan persediaan, birokrasi dan ketidakcukupan infrastruktur. Yang lain sama ada tidak tahu bagaimana hendak mentafsirkan amaran itu, atau bersikap acuh tak acuh kepadanya.

Tiada satu pun negara mengelilingi Teluk Bengal mengeluarkan amaran rasmi, membiarkan berjuta-juta penduduk berserah nasib sepenuhnya kepada belas kasihan badai yang mendatang.

Malaysia Pasang
Sistem Amaran Awal RM 19 Juta

KUANTAN 6 Feb. - Malaysia akan memasang sistem amaran awal tsunami di perairan Sabah, Sarawak dan Utara Semenanjung, akhir tahun ini dengan kos AS$5 juta (RM19 juta). Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi Datuk Seri Dr. Jamaludin Jarjis berkata pada masa ini kementerian itu dalam proses perbincangan dengan pakar dari Amerika Syarikat berhubung pemasangan sistem berkenaan.

"Kami sedang mengkaji tempat untuk pemasangan itu, pada mulanya kami rasakan perlu pasang sistem itu di kawasan utara Semanjung Malaysia, tetapi sebenarnya kita perlu pasang juga di perairan Sabah dan Sarawak,'' katanya ketika ditemui pemberita di sini hari ini. Dr. Jamaluddin berkata negara Brunei turut mahu berkongsi menggunakan sistem amaran itu bagi negara berkenaan.

"InsyaAllah, kita akan mempunyai sistem itu akhir tahun ini, dan selain mendapatkan kepakaran Amerika Syarikat, kita juga akan mendapatkan kepakaran dan pengalaman dari negara Jepun,'' katanya. Mengulas insiden letupan gunung berapi di laut Sulu, di Filipina berukuran 7.2 richter yang menyebabkan beribu-ribu penduduk di pesisiran pantai Sabah panik, malam tadi, Dr. Jamaluddin berkata kejadian itu tidak menyebabkan berlakunya tsunami.

"Menurut maklumat Pusat Amaran Awal Tsunami Pasifik di Hawaii, gegaran pada 8.25 malam itu tidak menyebabkan tsunami, ia berlaku 500 km di bawah dasar laut, dan jaraknya dari kawasan terdekat dengan Malaysia ialah Tawau, sejauh 450km,'' katanya. Beliau telah mengarahkan pegawainya untuk meninjau kesan gegaran letupan itu di Sabah, dan setakat maklumat yang diperolehinya, terdapat satu rekahan tanah sepanjang 50 meter di kawasan Maybank di Tawau.

"Kami telah menghantar pegawai untuk meninjau kejadian itu sama ada rekahan itu disebabkan gegaran gempa bumi itu atau sebab-sebab lain,'' katanya. Dr. Jamaluddin juga berkata kementerian itu sedang mengkaji kaedah paling efisyen untuk menghebahkan sebarang maklumat kepada orang ramai apabila berlakunya letupan gunung berapi atau gempa bumi yang mungkin menyebabkan tsunami.

"Kami sedang mengkaji bagaimana untuk melakukan hebahan secara cepat, ini kerana biasanya kita medapat maklumat awal berlakunya letupan gunung berapi dari pusat amaran awal tsunami di Hawaii sejam awal sebelum tsunami melanda, dan dalam tempoh sejam itu bagaimana dapat menghebahkannya kepada orang ramai,'' katanya. Dr. Jamaluddin berkata hebahan berkaitan sebarang kejadian letupan gunung berapi atau gempa bumi dirancang dilakukan menerusi media masa, selain hebahan menggunakan pembesar suara di masjid, sekolah dan hebahan menerusi polis. Pada kejadian malam tadi, beribu-ribu penduduk kawasan pantai di Sabah melarikan diri ke kawasan tinggi kerana bimbang berlakunya tsunami seperti pada 26 Disember lepas. -

RAMALAN GEO SEM3